MEMOTRET SUBJEK DENGAN TEKNIK PEMOTRETAN
- 1. RUANG TAJAM
Ruang tajam atau depth of field adalah
jarak antara objek yang terdekat dengan jarak terjauh yang nampak tajam
(fokus) dalam gambar. Dalam buku lain juga dijelaskan pengertian ruang
tajam, yaitu: jumlah jarak antara subjek yang paling dekat dan yang
paling jauh yang dapat muncul di fokus tajam sebuah foto. Misalnya, jika
kita memotret pohon-pohon yang berdiri bersaf-saf, maka yang akan
tampak pada foto yang telah dicetak adalah beberapa pohon di depan
tampak jelas kemudian semakin ke belakang semakin kabur gambar pohonnya.
Ketajaman ruang suatu gambar foto sangat tergantung pada beberapa hal, yaitu:
- Diafragma atau bukaan lensa (lens aperture). Semakin kecil bukaan diafragma, semakin besar ruang tajam atau depth of field yang dihasilkan. Bukaan penuh atau besar akan menghasilkan depth of field yang sangat sempit.
- Jarak fokus lensa atau focal length. Semakin panjang focal length, semakin sempit ruang tajamnya.
- Jarak
pemotretan. Semakin dekat jaraknya, semakin sempit ruang tajam yang
dihasilkan. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh jarak pemotretannya,
maka ruang tajamnya akan semakin luas.
1.1 Ruang Tajam Sempit
Teknik ruang tajam
sempit biasanya digunakan jika kita menginginkan subjek yang kita foto
terfokus tajam sedangkan latar belakang dari subjek tersebut tidak tajam
atau kabur. Untuk mendapatkan hasil seperti itu kita bisa mengubah
diafragma kamera yang kecil menjadi besar, atau angka ‘f’ nya kecil.
Selain itu kita juga dapat mendekatkan kamera ke arah subjek foto.
1.2 Ruang Tajam Luas
Teknik ruang tajam
luas biasanya digunakan jika kita menginginkan suatu foto yang subjek
utama dan latar belakangnya tetap terlihat jelas. Untuk mendapatkan
hasil foto seperti itu, maka kita dapat mengatur bukaan diafragma kamera
yang besar menjadi kecil, atau angka ‘f’ nya besar. Kita juga dapat
menjauhkan kamera dari subjek foto.
- 2. PENCAHAYAAN
Pencahayaan adalah mencahayai film dengan pengontrolan diafragma dan kecepatan rana. Pencahayaan atau exsposure juga disebut sebagai kuantitas cahaya yang diperbolehkan masuk, intensitas (diatur oleh bukaan lensa) dan durasi (diatur oleh shutter speed)
cahaya yang masuk dan mengenai film. Tanpa pencahayaan sebuah foto
tidak akan pernah menjadi hasil karya. Fungsi dari pencahayaan adalah
untuk memberikan jiwa pada foto.
Dalam mengevaluasi sebuah foto, ada tiga jenis kategori yang dikaitkan dengan pencahayaan, yaitu:
- Pencahayaan kurang (under exsposure), berarti cahaya yang masuk mengenai film terlalu sedikit, sehingga gambar yang dihasilkan akan gelap.
- Pencahayaan yang tepat, berarti cahaya yang masuk mengenai film cukup, sehingga akan menghasilkan gambar yang bagus dan menarik.
- Pencahayaan lebih (over exsposure), berarti cahaya yang masuk mengenai film terlalu banyak, sehingga gambar yang dihasilkan terlalu terang.
2.1 Cahaya Alam (Natural Ligh)
Cahaya alam adalah
sumber cahaya utama dalam pemotretan luar ruangan. Sumber dari cahaya
alam berasal dari matahari, bintang dan benda-benda lain yang mampu
memantulkan cahaya, seperti bulan. Cahaya alam bersifat langsung dan
tidak langsung. Bersifat langsung, karena cahaya yang dihasilkan datang
langsung dari sumbernya tanpa hambatan dan tanpa dipantulkan. Bersifat
tidak langsung, karena cahaya yang dihasilkan oleh sumber cahaya terkena
hambatan dan pantulan sebelum mengenai objek foto.
2.2 Cahaya Buatan (Artificial Light)
Cahaya buatan
adalah cahaya yang dibuat untuk menerangi sebuah objek foto, biasanya
cahaya buatan lebih banyak dipakai pada saat pengambilan foto di dalam
ruangan. Cahaya buatan dapat dihasilkan oleh peralatan tambahan, yaitu
lampu kilat, blitz atau flash.
- 3. KOMPOSISI
Komposisi adalah
rangkaian elemen gambar dalam suatu ruang/format. Pemilihan komposisi
merupakan pilihan pribadi fotografer, mungkin tidak akan pernah ada
kamera yang memberi tanda jangan memotret dengan komposisi yang salah
(Griand Giwanda, 2002:39). Komposisi juga dapat diartikan sebagai
susunan elemen dalam suatu foto, sehingga kehadirannya dapat memperkuat
subjek utama dalam foto.
Ada bebrapa hal yang bisa dijadikan panduan bagi seorang fotografer dalam pelaksanaan pemotretan, yaitu:
3.1 Penempatan Subjek
Penempatan subjek
dalam gambar sangat penting untuk mendapatkan komposisi yang baik.
Pilihlah satu objek yang menjadi pusat perhatian, sedangkan yang lainnya
hanya sebagai pendukung dan tidak mengalihkan perhatian mata dari objek
utama.
- Aturan sepertiga (rule of third)
Aturan sepertiga
adalah penempatan objek utama/subyek 1/3 bagian dari daerah
gambar/frame, bisa disebelah kanan atau kiri daerah gambar, baik
horizontal maupun vertikal. Aturan sepertiga ini sering digunakan untuk
penempatan objek utama/subyek dalam gambar. Bagi bidang gambar menjadi
1/3 bagian sama besar secara horisontal dan vertikal dengan menarik
masing-masing dua garis ke samping dan ke bawah. Kita dapat menempatkan
subjek pada titik-titik perpotongan garis tersebut.
Gambar: Aturan sepertiga
Diagram ini
menunjukkan bagaimana suatu irisan emas dibentuk. Mula-mula dibuat suatu
bujur sangkar, kemudian dari bujur sangkar tersebut ditarik garis
tengah yang memotong sisi-sisinya pada titik A dan B. Dari salah satu
titik (misalnya titik A), dibuat lingkaran dengan garis tengah AC,
memotong sisi bujur sangkar pada D. Selanjutnya dibuat segi empat dengan
perluasan bujur sangkar sampai titik D tersebut. Titik C-C adalah
irisan emas dan merupakan posisi subjek.
Gambar: Diagram irisan emas
Titik A dan B
adalah garis diagonal (atau susunan subjek-subjek secara diagonal).
Sedangkan perpotongannya, yaitu titik D atau C adalah posisi untuk
menempatkan subjek utama.
Gambar: Diagram susunan diagonal
3.2 Garis
Garis merupakan
elemen desain gambar tertua. Garis yang penting adalah garis yang
membentuk tepi bingkai gambar karena garis ini yang mengisolasi bidang
gambar yang direkam dari seluruh adegan. Garis horisontal menimbulkan
kesan stabil atau tenang, sedangkan garis vertikal dapat menunjukkan
suatu gerakan.
3.3 Kedalaman
Untuk menambahkan
kesan tiga dimensi dalam gambar dua dimensi, diperlukan suatu kedalaman
atau perspektif yang akan menimbulkan ilusi jarak. Hal ini dapat
dilambangkan dengan garis-garis yang bertambah sempit dari jalan atau
rel kereta api, perbedaan ukuran dengan objek yang jauh terlihat lebih
kecil daripada objek yang dekat.
3.4 Keseimbangan
Dalam sebuah foto
diperlukan keseimbangan visual. Keseimbangan formal dihasilkan jika
objek dengan ukuran atau berat visual sama ditempatkan disetiap sisi
gambar atau subjek utama berada di pusat gambar. Untuk mendapatkan
keseimbangan visual dalam fotogarafi seringkali digunakan keseimbangan
nonformal. Misalnya, digunakan dua objek yang lebih kecil untuk
mengimbangi sebuah objek yang besar.
3.5 Irama
Suatu komposisi
yang baik dapat diperkuat dengan suatu irama yang berbentuk pengulangan
garis, tekstur, bentuk, dan warna dalam gambar, seperti pola jendela
bangunan, teras sawah, dan gelombang laut. Namun, pola-pola tersebut
umumnya tidak akan menghasilkan gambar yang menarik sehingga diperlukan
satu pusat perhatian.
3.6 Latar Belakang
Dalam mengambil
gambar perlu diperhatikan tentang latar belakang objek utama. Latar
belakang yang ramai akan merusak gambar dan mengaburkan fokus terhadap
subjek foto.
3.7 Format.
Pada umumnya format foto yang digunakan adalah format horisontal atau landscape dan format vertikal atau portrait.
Format horisontal merupakan format yang dinamis karena mata akan
bergerak melihat dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Dengan demikian
format ini sangat cocok untuk menggambarkan luasnya pandangan, bentang
alam, ruang bangunan atau subjek berkarakter lebar. Sedangkan format
vertikal mata bergerak dari atas ke bawah atau sebaliknya sehingga
kekuatan yang lebih besar bertumpu pada arah vertikal. Format ini sangat
cocok untuk menggambarkan ketinggian atau subjek yang menjulang tinggi.
- 4. PRAKTEK PEMOTRETAN
4.1 Cara Memegang Kamera
Memegang kamera
yang baik dengan cara tangan kanan memegang kamera bagian kanan, jari
teluntuk selalu pada tombol pelepas rana. Sedangkan tangan kiri
menyangga kamera dengan jari-jari selalu siap merubah titik fokus, hal
ini dilakukan jika menggunakan kamera yang memakai lensa.
Beberapa Posisi Membidik.
- Posisi Berdiri, kaki kiri agak maju terhadap kaki kanan. Posisi tangan dapat memegang kamera secara horisontal maupun vertikal.
- Posisi Jongkok, lutut kanan bertumpu pada tanah atau lantai, lutut kiri menekuk membuat sandaran bagi siku kiri.
- Posisi
Tiarap, lakukan posisi seperti orang menembak dengan kedua siku
bersandar pada tanah, sehingga kamera pada kening dijaga kestabilannya.
4.2 Pengambilan Sudut Kamera
- Bahasa pengambilan gambar
- Very Long Shot atau Extreme Long Shot (ELS) adalah pengambilan gambar yang mencakup suatu daerah pengambilan gambar yang lebih lebar.
- Long Shot (LS) atau Full Shot (FS) adalah pengambilan gambar dari jarak yang cukup jauh hingga seluruh subjek dan pemandangan.
- Medium Long Shot (MLS) adalah pengambilan gambar dari lutut hingga ke atas tubuh manusia.
- Medium Close Up (MCU) adalah pengambilan gambar yang menampakkan kepala, bahu, dan bagian atas dada orang hingga memenuhi gambar.
- Close Up (CU) adalah pengambilan gambar yang menonjolkan bagian bahu dan kepala seseorang.
- Exstreme Close Up (ECU) adalah pengambilan gambar sebesar mungkin pada bagian mata, mulut, dan sebagainya.
- Big Close Up (BCU) adalah pengambilan gambar pada daerah kepala untuk menonjolkan karakter subjek.
- One Shot adalah pengambilan gambar yang hanya menampilkan satu orang atau benda saja.
- Two Shot adalah pengambilan gambar yang menampilkan dua orang atau benda.
- Three Shot adalah pengambilan gambar yang menampilkan tiga orang atau benda.
- Group Shot adalah pengambilan gambar sekelompok orang.
- Over Shoulder Shot (OSS)
adalah pengambilan gambar dua orang yang saling bertatap muka,
pengambilan gambarnya melalui belakang bahu seseorang subjek.
- Sudut kamera (camera angel)
- Bird Eye Viev adalah
pengambilan gambar yang arah kameranya berada di atas dari objek,
diumpamakan sebagai pandangan burung yang melihat dari langit.
- Eye Level View adalah pengambilan gambar yang arah kameranya sejajar dengan objek.
- Low Level View adalah
pengambilan gambar yang arah kameranya berada lebih rendah dari objek.
Pengambilan gambar dengan cara posisi jongkok atau tiarap.
4.3 Langkah Persiapan Pemotretan
- Menyesuaikan pengaturan ASA/ISO yang terdapat pada kamera dengan ASA/ISO film.
- Memilih subjek, baik pemandangan, benda mati atau manusia.
- Memilih kecepatan rana agar didapatkan gambar yang menarik.
- Memilih bukaan diafragma untuk menentukan banyaknya cahaya yang masuk serta menentukan ruang tajamnya.
- Memilih latar belakang dari subjek foto.
- Mengatur penempatan objek dalam bingkai gambar.
- Menajamkan gambar atau focusing.
- Menunggu momen yang tepat untuk memotret subjek.
4.4 Beberapa Saran Pemotretan Subjek
- Memotret
satu orang (model). Yang perlu diperhatikan dalam memotret model adalah
latar belakang dan latar depan/muka model tersebut. Latar belakang
jangan sampai mengacaukan fokus pandangan orang terhadap subjek.
Sedangkan latar depan jangan sampai menutupi subjek.
- Memotret dua orang. Yang perlu diperhatikan adalah ekspresi dan kenaturalan gerak dari subjek yang akan difoto.
- Memotret
tiga atau empat orang. Yang perlu diperhatikan adalah kejadian atau
suatu peristiwa yang dilakukan oleh subjek yang akan difoto.
- Memotret keluarga. Yang diperhatikan adalah ekspresi dari seluruh anggota keluarga dan kelengkapan anggota keluarga tersebut.
4.5 Pemotretan Landscape
Untuk memotret landscape atau pemandangan memerlukan beberapa teknik dasar diantaranya adalah:
- Hukum Pertigaan
- Gunakan kecepatan rendah agar proses pencahayaan lebih sempurna dengan fokus atau angka diafragma besar.
- Gunakanlah tripod untuk menyangga kamera sehingga hasilnya tidak blur
- Untuk
mendapatkan gambar fokus yang tajam dapat dilakukan teknik aturan
pertigaan yakni mengambil titik fokus tersebut sepertiganya saja.
4.6 Beberapa Teknik Pengambilan Gambar
Untuk memotert subjek yang bergerak menjadi blur diperlukan
kecepatan rana rendah. Untuk subjek yang bergerak kecepatan rana yang
diperlukan berbeda-beda. Misalkan, mobil yang melaju kencang dengan
kecepatan 150 km/jam mungkin akan menjadi blur dengan
kecepatan rana 1/500 detik, tapi kalau kita memotret sepeda motor
dengan kecepatan 40 km/jam dengan kecepatan rana yang sama, maka sepeda
motor tersebut akan diam.
Teknik panning shoot adalah cara lain untuk memberikan kesan gerak pada foto. Dengan teknik ini latar belakangnya hampir sepenuhnya blur,
sedangkan subjeknya relatif lebih tajam. Untuk mendapatkan hasil
seperti ini dilakukan dengan cara mengikuti pergerakan subjek sebelum
kita menekan tombol shutter.
Teknik freezing adalah
teknik membekukan gambar untuk memperlihatkan kesan gerak dengan
membekukan gerakan yang sedang berlangsung. Untuk mendapat hasil gambar
seperti ini digunakan kecepatan rana tinggi.
Teknik zooming merupakan teknik foto untuk menampilkan kesan gerak dengan mengubah panjang fokus lensa pada saat menekan tombol shutter. Untuk mendapatkan hasil seperti ini dapat digunakan dengan kecepatan rana 1/30 detik.